Minggu, 05 Juli 2015


CIRI - CIRI ORANG SOK TAHU
'Sok tahu' pada dasarnya adalah "merasa sudah cukup berpengetahuan" padahal sebenarnya kurang tahu. Masalahnya, orang yang sok tahu biasanya tidak menyadarinya. Lantas, bagaimana kita tahu bahwa kita 'sok tahu'? Mari kita mengambil hikmah dari Al-Qur'an. Ada beberapa ciri 'sok tahu' yang bisa kita dapatkan bila kita menggunakan perspektif surat al-'Alaq.

1. Enggan Membaca

Ketika disuruh malaikat Jibril, "Bacalah!", Rasulullah Saw. menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Lalu malaikat Jibril menyampaikan lima ayat pertama yang memotivasi beliau untuk optimis. Adapun orang yang 'sok tahu' pesimis akan kemampuannya. Sebelum berusaha semaksimal mungkin, ia lebih dulu berdalih, "Ngapain baca-baca teori. Mahamin aja sulitnya minta ampun. Yang penting prakteknya 'kan?" Padahal, Allah pencipta kita itu Maha Pemurah. Ia mengajarkan kepada kita apa saja yang tidak kita ketahui.

Disisi lain, ada pula orang Islam yang terlalu optimis dengan pengetahuannya, sehingga enggan memperdalam. Katanya, misalnya, "Ngapain baca-baca Qur'an lagi. Toh udah khatam 7 kali. Mending buat kegiatan lain aja." Padahal, Al-Qur'an adalah sumber dari segala sumber ilmu, sumber 'cahaya' yang tiada habis-habisnya menerangi kehidupan dunia. Katanya, misalnya lagi, "Ngapain belajar ilmu agama lagi, toh sejak SD hingga tamat kuliah udah diajarin terus." Padahal, 'ilmu agama' adalah ilmu kehidupan dunia-akhirat.

2. Enggan Menulis
Orang yang sok tahu terlalu mengandalkan kemampuannya dalam mengingat-ingat dan menghafal pengetahuan atau ilmu yang diperolehnya. Ia enggan mencatat. "Ngerepotin," katanya. Seolah-olah, otaknya adalah almari baja yang isinya takkan hilang. Padahal, sifat lupa merupakan bagian dari ciri manusia. Orang yang sok tahu enggan mencatat setiap membaca, menyimak khutbah, kuliah, ceramah, dan sebagainya. Padahal, Allah telah mengajarkan penggunaan pena kepada manusia.
Di sisi lain, ada pula orang yang kurang mampu menghafal dan mengingat-ingat pengetahuan yang diperolehnya, tapi ia merasa terlalu bodoh untuk mampu menulis. "Susah," katanya. Padahal, merasa terlalu bodoh itu jangan-jangan pertanda kemalasan. Emang sih, kalo nulis buat orang lain, kita perlu ketrampilan tersendiri. Tapi, bila nulis buat diri sendiri, bukankah kita gak bakal kesulitan nulis 'sesuka hati'? Apa susahnya nulis di buku harian, misalnya, "Tentang ciri sok tahu, lihat al-'Alaq!"?

3. Membanggakan Keluasan Pengetahuan

Orang yang sok tahu membanggakan kepintarannya dengan memamerkan betapa ia banyak membaca, banyak menulis, banyak mendengar, banyak berceramah, dan sebagainya tanpa menyadari bahwa pengetahuan yang ia peroleh itu semuanya berasal dari Allah. Ia mengira, prestasi yang berupa luasnya pengetahuannya ia peroleh berkat kerja kerasnya saja. Padahal, terwujudnya pengetahuan itu pun semuanya atas kehendak-Allah.

Mungkin ia suka meminjam atau membeli buku sebanyak-banyaknya, tetapi membacanya hanya sepintas lalu atau malah hanya memajangnya. Ia merasa punya cukup banyak wawasan tentang banyak hal. Ia tidak merasa terdorong untuk menjadi ahli di bidang tertentu. Kalau ia menjadi muballigh 'tukang fatwa', semua pertanyaan ia jawab sendiri langsung walau di luar keahliannya. Ia mungkin bisa menulis atau berbicara sebanyak-banyaknya di banyak bidang, tetapi kurang memperhitungkan kualitasnya.

4. Merendahkan Orang Lain Yang Tidak Sepaham

Bagi orang Islam yang sok tahu, siapa saja yang bertentangan dengan pendapatnya, segera saja ia menuduh mereka telah melakukan bid'ah, sesat, meremehkan agama, dan sebagainya. Bahkan, misalnya, sampai-sampai ia melarang orang-orang lain melakukan amal yang caranya lain walau mereka punya dalil tersendiri. Ia menjadikan dirinya sebagai "Yang Maha Tahu", terlalu yakin bahwa pasti pandangan dirinyalah satu-satunya yang benar, sedangkan pandangan yang lain pasti salah. Padahal, Allah Swt berfirman: "Janganlah kamu menganggap diri kamu suci; Dia lebih tahu siapa yang memelihara diri dari kejahatan." (an-Najm [53]: 32)

Muslim yang sok tahu cenderung menganggap kesalahan kecil sebagai dosa besar dan menjadikan dosa itu identik dengan kesesatan dan kekafiran! Lalu atas dasar itu dengan gampangnya ia mengeluarkan 'vonis hukuman mati'. Padahal, dalam sebuah hadits shahih dari Usamah bin Zaid dikabarkan, "Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaah, maka ia telah Islam dan terpelihara jiwa dan hartanya. Andaikan ia mengucapkannya lantaran takut atau hendak berlindung dari tajamnya pedang, maka hak perhitungannya ada pada Allah. Sedang bagi kita cukuplah dengan yang lahiriah."

5. Menutup Telinga dan Membuang Muka Bila Mendengar Pendapat Lain

Orang yang sok tahu tidak memberi peluang untuk berdiskusi dengan orang lain. Kalau toh ia memasuki forum diskusi di suatu situs, misalnya, ia melakukannya bukan untuk mempertimbangkan pendapat yang berbeda dengan pandangan yang selama ini ia anut, melainkan untuk mengumandangkan pendapatnya sendiri. Ia hanya melihat selayang pandang gagasan orang-orang lain, lalu menyerang mereka bila berlainan dengannya. Ia tidak mau tahu bagaimana mereka berhujjah (berargumentasi).
Di samping itu, orang yang sok tahu itu bersikap fanatik pada pendapat golongannya sendiri. Seolah-olah ia berseru, "Adalah hak kami untuk berbicara dan adalah kewajiban kalian untuk mendengarkan. Hak kami menetapkan, kewajiban kalian mengikuti kami. Pendapat kami semuanya benar, pendapat kalian banyak salahnya." Orang yang terlalu fanatik itu tidak mengakui jalan tengah. Ia menyalahgunakan aksioma, "Yang haq adalah haq, yang bathil adalah bathil."

6. Suka Menyatakan Pendapat Tanpa Dasar Yang Kuat
Muslim yang sok tahu gemar menyampaikan pendapatnya dengan mengatasnamakan Islam tanpa memeriksa kuat-lemahnya dasar-dasarnya. Ia suka berkata, "Menurut Islam begini.... Islam sudah jelas melarang begitu...." dan sebagainya, padahal yang ia ucapkan sesungguhnya hanyalah, "Menurut saya begini.... Saya melarang keras engkau begitu...." dan seterusnya. Kalau toh ia berkata, "Menurut saya bla bla bla....", ia hanya mengemukakan opini pribadinya belaka tanpa disertai dalil yang kuat, baik dalil naqli maupun aqli.

7. Suka Berdebat Kusir
Jika pendapatnya dikritik orang lain, orang yang sok tahu itu berusaha keras mempertahankan pandangannya dan balas menyerang balik pengkritiknya. Ia enggan mencari celah-celah kelemahan di dalam pendapatnya sendiri ataupun sisi-sisi kelebihan lawan diskusinya. Sebaliknya, ia tekun mencari-cari kekurangan lawan debatnya dan menonjol-nonjolkan kekuatan pendapatnya. Dengan kata lain, setiap berdiskusi ia bertujuan memenangkan perdebatan, bukan mencari kebenaran.
Demikianlah beberapa ciri orang yang sok tahu menurut surat al-'Alaq . Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, semoga kita masing-masing dapat melakukan introspeksi dan memperbaiki diri sehingga kita tidak menjadi orang yang sok tahu. Aamiin…

sumber : eramuslim


Senin, 29 Desember 2014



DERAJAT YANG MULIA




            Wanita .. bersyukurlah kita yang dilahirkan sebagai wanita oleh Allah SWT. Bersyukur karena Allah menciptakan kita dengan begitu sempurna dengan kekurangan dan kelebihan kita masing-masing. Dalam Islam kedudukan wanita sangat dimuliakan, mereka diciptakan dengan sedemikian rupa selaksa kelebihan atas lelaki baik secara fisik maupun rohaninya. Kelembutan dan kehalusan itulah yang menjadi citra seorang wanita, walaupun pada kenyataannya tidak semua wanita mempunyai sifat yang seperti itu.
Wanita yang selalu lembut dan halus, mereka yang selalu bertutur kata halus sopan tingkah mereka yang lembut. Tak hanya itu hati mereka pun lembut dan halus mereka rapuh, air mata seorang wanita lebih mudah untuk menetes entah untuk sekedar menyegarkan jiwa atau membasuh luka dihati mereka dan ketika mereka berdoa kepada Allah dengan segenap perasaan mereka. Meskipun air mata bukanlah solusi untuk permasalahan. Tapi bagi seorang wanita menangis itu hal yang bisa dilakukan untuk merespon apa yang sedang mereka hadapi. Namun dari semua itu air matanya tidak menggambarkan kelemahan mereka, karena mereka bisa lebih kuat dari apa yang kita pikirkan. Bahkan ketika hati mereka terluka mereka bisa dengan kekuatannya memendam dan menyembunyikan perasaan mereka dan tersenyum seolah tak terjadi apa apa dengan mereka, dan mengatakan “aku tidak papa, aku baik baik saja”. Hebatnya seorang wanita yang menyembunyikan perasaannya.
Kita akan kembali bersyukur karena terlahir sebagai wanita muslimah. Karena dalam Islam wanita ini mempunyai derajat yang paling mulia,mereka mendapatkan tempat yang begitu indah selalu terjaga setiap hak yang ada pada dirinya, mereka terbahagiakan oleh keindahan islam dan pemeluknya. Di zaman sekarang ini tidak ada perbedaan atas hak antara laki laki dan wanita, tidak seperti pada zaman dahulu dimana zaman Arab Jahiliyah yang apabila mereka mempunyai seorang anak perempuan maka mereka akan dengan segan untk menguburkan mereka secara hidup-hidup, pada masa itu wanita dianggap tidak berguna dan sama sekali tidak dihargai. Seperti tercantum dalam AL Quran Q.S. An-Nahl: 58-59 yang artinya “Dan apabila seorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaann ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”
Tidak hanya itu bangsa-bangsa lain juga banyak yang menganggap wanita adalah makhluk yang rendah dan hina, dianggap tidak berharga, tidak mempunyai hak bahkan menganggap wanita sebagai biang kemaksiatan. Sungguh sangat menyakitkan bagi seorang wanita yang dianggap seperti itu. Bersyukurlah kita yang telah terlahir sebagai muslimah karena Islam telah berbuat adil atas kaum wanita dan menghapus semua bentuk kedzaliman yang selama ini menerjang mereka. Islam memandang kelahiran seorang wanita merupakan anugerah dan hibah dari Allah SWT yang harus disyukuri. ”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yany Dia kehendaki dan memberikan anak-anak leleki kepada siapa yang Dia kehendaki.” (Asy-Syura: 49). Ayat ini menyebutkan anak perempuan terlebih dahulu dibandingkan anak laki-laki berarti Islam sangat mengangkat derajat kaum wanita. Subhanallah.. betapa indahnya Islam dalam memposisikan seorang wanita, bersyukurlah kita dan berusaha menjadi muslimah yang baik dalam agama kita. Sekian pembahasan kedudukan wanita dalam islam semoga menjadi bermanfaat agar kita senantiasa selalu bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah limpahkan kepada kita semua. Amiin …